Andaada disini : Beranda / Tag "cerpen sedih tentang penyakit" Tag: cerpen sedih tentang penyakit. Cerpen. Ukhti, Uhibbuki! admin 2 bulan yang lalu. Cerpen. Doa Bidadari. admin 5 bulan yang lalu. Cerpen. Cerpen Kehidupan Remaja di Era Globalisasi. admin 7 bulan yang lalu. Baca Selebihnya. Artikel.
PENGORBANANSEORANG AYAH- - (Cerpen) CERPEN 1. "Maaf ada berita sedih dari kampung. Apa"??. Terkejut selepas abang sulung memberitahu berita buruk memlaui telefon. "ayah bagaimana sekarang, siapa yang menjaganya?, Ibu yang terpakasa jaga ayah. Habis tu boleh ka ibu uruskan semuanya kalau abang tak datang sekali.
SEMUATENTANG KITA :') cerpen paling populer dibaca Jumat, 11 Juli 2014. cerpen sedih SEMUA TENTANG KITA :') Semua Tentang kita. Karya Putri Ayu Pasundan. @ndanee. Namaku natasya, aku pernah mencintai seseorang dengan tulus. Tapi, semua ketulusan cintaku padanya berakhir sia-sia. Dia punya penyakit jantung. Kemaren pas kamu main sama
DinastyCinta - Dinasty Cinta adalah tempat yang membahas semua tentang cinta. Disini akan anda temukan Arti Cinta , Kisah-kisah Cinta , Puisi Cinta , dan masih banyak lagi.
Vay Nhanh Fast Money. Kisah Inspiratif ini adalah cerita untuk memotivasi orang-orang yang mengidap penyakit tertentu agar dapat menjadi inspirasi dan motivasi untuk melawan penyakit yang dari seorang yang konsultasi dengan Dokter "sesepuh", lalu Sang Dokter menceritakan pengalamannya menangani penderita penyakit kanker dan lainnya yang telah divonis, namun sembuh berkat keyakinanEntah cerita hidup seseorang yang memotivasi yang dipublikasikan blog fiksi, kisah nyata atau bukan, namun yang pasti adalah kisah inspiratif yang memotivasi dan memiliki makna positif untuk jadi inspirasi hidup pengidap penyakit tertentu agar menjadi motivasi dalam kehidupan untuk lebih jelas cerita inspiratif yang memotivasi yang berisih kisah inspiratif melawan penyakit disimak saja dibawah iniKisah inspiratif motivasi kehidupanKami sedang antri periksa kesehatan. Dokter yang kami kunjungi ini termasuk dokter sepuh -berusia sekitar tujuh puluhan- spesialis penyakit..."Silakan duduk," sambut duduk di depan meja kerjanya, mengamati pria sepuh berkacamata ini yang sedang sibuk menulis identitasku di kartu pasien."Apa yang dirasakan, Mas?"Aku pun bercerita tentang apa yang kualami sejak 2013 hingga saat ini. Mulai dari awal merasakan sakit maag, peristiwa-peristiwa kram perut, ambruk berkali-kali, gejala dan vonis tipes, pengalaman opnam dan endoskopi, derita GERD, hingga tentang radang duodenum dan praktek tata pola makan Food Combining yang kulakoni."Kalau kram perutnya sudah enggak pernah lagi, Pak," ungkapku, "Tapi sensasi panas di dada ini masih kerasa, panik juga cemas, mules, mual. Kalau telat makan, maag saya kambuh. Apalagi setelah beberapa bulan tata pola makan saya amburadul lagi.""Tapi buat puasa kuat ya?""Kuat, Pak.""Orang kalau kuat puasa, harusnya nggak bisa kena maag!"Aku terbengong, menunggu penjelasan."Asam lambung itu," terang Pak Paulus, "Diaktifkan oleh instruksi otak kita. Kalau otak kita bisa mengendalikan persepsi, maka asam lambung itu akan nurut sendiri. Dan itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang puasa.""Maksudnya, Pak?""Orang puasa 'kan malamnya wajib niat to?""Njih, Pak.""Nah, niat itulah yang kemudian menjadi kontrol otak atas asam lambung. Ketika situ sudah bertekad kuat besok mau puasa, besok nggak makan sejak subuh sampai maghrib, itu membuat otak menginstruksikan kepada fisik biar kuat, asam lambung pun terkendali. Ya kalau sensasi lapar memang ada, namanya juga puasa. Tapi asam lambung tidak akan naik, apalagi sampai parah. Itu syaratnya kalau situ memang malamnya sudah niat mantap. Kalau cuma di mulut bilang mau puasa tapi hatinya nggak mantap, ya tetap nggak kuat. Makanya niat itu jadi kewajiban, 'kan?""Iya, ya, Pak," aku manggut-manggut nyengir."Manusia itu, Mas, secara ilmiah memang punya tenaga cadangan hingga enam puluh hari. Maksudnya, kalau orang sehat itu bisa tetap bertahan hidup tanpa makan dalam keadaan sadar selama dua bulan. Misalnya puasa dan buka-sahurnya cuma minum sedikit. Itu kuat. Asalkan tekadnya juga kuat."Aku melongo lagi."Makanya, dahulu raja-raja Jawa itu sebelum jadi raja, mereka tirakat dulu. Misalnya puasa empat puluh hari. Bukanya cuma minum air kali. Itu jaman dulu ya, waktu kalinya masih bersih. Hahaha," ia tertawa ringan, menambah rona wajahnya yang memang kelihatan masih segar meski keriput penanda ia mengambil sejilid buku di rak sebelah kanan meja kerjanya. Ya, ruang praktek dokter dengan rak buku. Keren sekali. Aku lupa judul dan penulisnya. Ia langsung membuka satu halaman dan menunjukiku beberapa baris kalimat yang sudah distabilo hijau."Coba baca, Mas 'mengatakan adalah mengundang, memikirkan adalah mengundang, meyakini adalah mengundang'. Jadi kalau situ memikirkan; 'ah, kalau telat makan nanti asam lambung saya naik', apalagi berulang-ulang mengatakan dan meyakininya, ya situ berarti mengundang penyakit itu. Maka benar kata orang-orang itu bahwa perkataan bisa jadi doa. Nabi Musa itu, kalau kerasa sakit, langsung mensugesti diri; ah sembuh. Ya sembuh. Orang-orang debus itu nggak merasa sakit saat diiris-iris kan karena sudah bisa mengendalikan pikirannya. Einstein yang nemuin bom atom itu konon cuma lima persen pendayagunaan otaknya. Jadi potensi otak itu luar biasa," papar Pak Paulus."Jadi kalau jadwal makan sembarangan berarti sebenarnya nggak apa-apa ya, Pak?""Nah, itu lain lagi. Makan harus tetap teratur, ajeg, konsisten. Itu agar menjaga aktivitas asam lambung juga. Misalnya situ makan tiga kali sehari, maka jarak antara sarapan dan makan siang buatla sama dengan jarak antara makan siang dan makan malam. Misalnya, sarapan jam enam pagi, makan siang jam dua belas siang, makan malam jam enam petang. Kalau siang, misalnya jam sebelas situ rasanya nggak sempat makan siang jam dua belas, ya niatkan saja puasa sampai sore. Jangan mengundur makan siang ke jam dua misalnya, ganti aja dengan minum air putih yang banyak. Dengan pola yang teratur, maka organ di dalam tubuh pun kerjanya teratur. Nah, pola teratur itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang yang puasa dengan waktu buka dan sahurnya.""Ooo, gitu ya Pak," sahutku baru menyadari."Tapi ya itu tadi. Yang lebih penting adalah pikiran situ, yakin nggak apa-apa, yakin sembuh. Allah sudah menciptakan tubu kita untuk menyembuhkan diri sendiri, ada mekanismenya, ada enzim yang bekerja di dalam tubuh untuk penyembuhan diri. Dan itu bisa diaktifkan secara optimal kalau pikiran kita optimis. Kalau situ cemas, takut, kuatir, justru imunitas situ turun dan rentan sakit juga."Pak Paulus mengambil beberapa jilid buku lagi, tentang 'enzim kebahagiaan' endorphin, tentang enzim peremajaan, dan beberapa tema psiko-medis lain tulisan dokter-dokter Jepang dan Mesir."Situ juga berkali-kali divonis tipes ya?""Iya, Pak.""Itu salah kaprah.""Maksudnya?""Sekali orang kena bakteri thypoid penyebab tipes, maka antibodi terhadap bakteri itu bisa bertahan dua tahun. Sehingga selama dua tahun itu mestinya orang tersebut nggak kena tipes lagi. Bagi orang yang fisiknya kuat, bisa sampai lima tahun. Walaupun memang dalam tes widal hasilnya positif, tapi itu bukan tipes. Jadi selama ini banyak yang salah kaprah, setahun sampai tipes dua kali, apalagi sampai opnam. Itu biar rumah sakitnya penuh saja. Kemungkinan hanya demam biasa.""Haah?""Iya Mas. Kalaupun tipes, nggak perlu dirawat di rumah sakit sebenarnya. Asalkan dia masih bisa minum, cukup istirahat di rumah dan minum obat tipes. Sembuh sudah. Dulu, pernah di RS Sardjito, saya anjurkan agar belasan pasien tipes yang nggak mampu, nggak punya asuransi, rawat jalan saja. Yang penting tetep konsumsi obat dari saya, minum yang banyak, dan tiap hari harus cek ke rumah sakit, biayanya gratis. Mereka nurut. Itu dalam waktu maksimal empat hari sudah pada sembuh. Sedangkan pasien yang dirawat inap, minimal baru bisa pulang setelah satu minggu, itupun masih lemas.""Tapi 'kan pasien harus bedrest, Pak?""Ya 'kan bisa di rumah.""Tapi kalau nggak pakai infus 'kan lemes terus Pak?""Nah situ nggak yakin sih. Saya yakinkan pasien bahwa mereka bisa sembuh. Asalkan mau nurut dan berusaha seperti yang saya sarankan itu. Lagi-lagi saya bilang, kekuatan keyakinan itu luar biasa lho, Mas."Dahiku berkernyit. Menunggu lanjutan cerita."Dulu," lanjut Pak Paulus, "Ada seorang wanita kena kanker payudara. Sebelah kanannya diangkat, dioperasi di lama, ternyata payudara kirinya kena juga. Karena nggak segera lapor dan dapat penanganan, kankernya merembet ke paru-paru dan jantung. Medis di Sardjito angkat divonis punya harapan hidup maksimal hanya empat bulan.""Lalu, Pak?" tanyaku antusias."Lalu dia kesini ketemu saya. Bukan minta obat atau cuma nanya; 'Pak Paulus, saya sudah divonis maksimal empat bisa nggak kalau diundur jadi enam bulan?'Saya heran saat itu, saya tanya bilang bahwa enam bulan lagi anak bungsunya mau nikah, jadi pengen 'menangi' momen itu.""Waah.. Lalu, Pak?""Ya saya jelaskan apa adanya. Bahwa vonis medis itu nggak seratus persen, walaupun prosentasenya sampai sembilan puluh sembilan persen, tetap masih ada satu persen berupa kepasrahan kepada Tuhan yang bisa mengalahkan vonis medis sekalipun. Maka saya bilang; sudah Bu, situ nggak usah mikir bakal mati empat bulan lagi. Justru situ harus siap mental, bahwa hari ini atau besok situ siap mati. Kapanpun mati, siap! Begitu, situ pasrah kepada Tuhan, siap menghadap Tuhan kapanpun. Tapi harus tetap berusaha bertahan hidup."Aku tambah melongo. Tak menyangka ada nasehat macam itu. Kukira ia akan memotivasi si ibu agar semangat untuk sembuh, malah disuruh siap mati kapanpun. O iya, mules mual dan berbagai sensasi ketidaknyamanan sudah tak kurasakan lagi."Dia mau nurut. Untuk menyiapkan mental siap mati kapanpun itu dia butuh waktu satu bulan. Dia bilang sudah mantap, pasrah kepada Tuhan bahwa dia siap. Dia nggak lagi mengkhawatirkan penyakit itu, sudah sangat enjoy. Nah, saat itu saya cuma kasih satu macam obat. Itupun hanya obat anti mual biar dia tetap bisa makan dan punya energi untuk melawan kankernya. Setelah hampir empat bulan, dia check-up lagi ke Sardjito dan di sana dokter yang meriksa geleng-geleng. Kankernya sudah berangsur-angsur hilang!""Orangnya masih hidup, Pak?""Masih. Dan itu kejadian empat belas tahun lalu.""Wah, wah, wah..""Kejadian itu juga yang menjadikan saya yakin ketika operasi jantung dulu.""Lhoh, njenengan pernah Pak?""Iya. Dulu saya operasi bedah jantung di Jakarta. Pembuluhnya sudah rusak. Saya ditawari pasang ring. Saya nggak mau. Akhirnya diambillah pembuluh dari kaki untuk dipasang di jantung. Saat itu saya yakin betul sembuh cepat. Maka dalam waktu empat hari pasca operasi, saya sudah balik ke Jogja, bahkan dari bandara ke sini saya nyetir sendiri. Padahal umumnya minimal dua minggu baru bisa pulang. Orang yang masuk operasi yang sama bareng saya baru bisa pulang setelah dua bulan."Pak Paulus mengisahkan pengalamannya ini dengan mata berbinar. Semangatnya meluap-luap hingga menular ke pasiennya ini. Jujur saja, penjelasan yang ia paparkan meningkatkan harapan sembuhku dengan begitu ketika dua tahun lalu pada saat ngobrol dengan Bu Anung tentang pola makan dan kesehatan. Semangat menjadi kembali segar!"Tapi ya nggak cuma pasrah terus nggak mau usaha. Saya juga punya kenalan dokter," lanjutnya,"Dulu tugas di Bethesda, aslinya Jakarta, lalu pindah mukim di Tennessee, sana dia kena kanker stadium empat. Setelah divonis mati dua bulan lagi, dia akhirnya pasrah dan pasang mental siap mati suatu hari dia jalan-jalan ke perpustakaan, dia baca-baca buku tentang Afrika. Lalu muncul rasa penasaran, kira-kira gimana kasus kanker di Afrika. Dia cari-cari referensi tentang itu, nggak ketemu. Akhirnya dia hubungi kawannya, seorang dokter di Afrika itu nggak bisa jawab. Lalu dihubungkan langsung ke kementerian kesehatan sana. Dari kementerian, dia dapat jawaban mengherankan, bahwa di sana nggak ada kasus kanker. Nah dia pun kaget, tambah penasaran."Pak Paulus jeda sejenak. Aku masih menatapnya penuh penasaran juga,"Lanjut, Pak," benakku."Beberapa hari kemudian dia berangkat ke Afrika Tengah. Di sana dia meneliti kebiasaan hidup orang-orang pribumi. Apa yang dia temukan? Orang-orang di sana makannya sangat sehat. Yaitu sayur-sayuran mentah, dilalap, nggak dimasak kayak porsi makan itu tiga perempat ya sayuran, sisanya yang seperempat untuk menu karbohidrat. Selain itu, sayur yang dimakan ditanam dengan media yang organik. Pupuknya organik pake kotoran hewan dan sisa-sisa ya betul-betul sehat. Nggak kayak kita, sudah pupuknya pakai yang berbahaya, eh pakai dimasak pula. Serba salah beras merah dan hitam yang sehat-sehat itu, kita nggak mau makan. Malah kita jadikan pakan burung, ya jadinya burung itu yang sehat, kitanya sakit-sakitan."Keterangan ini mengingatkanku pada obrolan dengan Bu Anung tentang sayur mayur, menu makanan serasi, hingga beras sehat. Pas sekali."Nah dia yang awalnya hanya ingin tahu, akhirnya ikut-ikutan. Dia tinggal di sana selama tiga mingguan dan menalani pola makan seperti orang-orang Afrika itu.""Hasilnya, Pak?""Setelah tiga minggu, dia kembali ke Tennessee. Dia mulai menanam sayur mayur di lahan sempit dengan cara alami. Lalu beberapa bulan kemudian dia check-up medis lagi untuk periksa kankernya,""Sembuh, Pak?""Ya! Pemeriksaan menunjukkan kankernya hilang. Kondisi fisiknya berangsur-angsur membaik. Ini buki bahwa keyakinan yang kuat, kepasrahan kepada Tuhan, itu energi yang luar biasa. Apalagi ditambah dengan usaha yang logis dan sesuai dengan fitrah tubuh. Makanya situ nggak usah cemas, nggak usah takut.."Takjub, tentu momen ini Pak Paulus menghujaniku dengan pengalaman-pengalamannya di dunia kedokteran, tentang kisah-kisah para pasien yang punya optimisme dan pasien yang jadi teringat kisah serupa yang menimpa alumni Madrasah Huffadh Al-Munawwir, pesantren tempatku belajar saat santri ini mengidap tumor ganas yang bisa berpindah-pindah divonis dokter hanya mampu bertahan hidup dua bulan. Terkejut atas vonis ini, ia misuh-misuh di depan dokter saat pada akhirnya ia mampu menerima kenyataan pun bertekad menyongsong maut dengan percaya diri dan ibadah. Ia sowan ke Romo Kiai, menyampaikan maksudnya oleh Romo Kiai, santri ini diijazahi diberi rekomendasi amalanRiyadhoh Qur'an, yakni amalan membaca Al-Quran tanpa henti selama empat puluh hari penuh, kecuali untuk memenuhi hajat dan kewajiban pun dimulai. Ia lalui hari-hari dengan membaca Al-Quran tanpa di pojokan aula Madrasah Huffadh yang sekarang. Karena merasa begitu dingin, ia jadikan karpet sebagai ke tiga puluh, ia sering muntah-muntah, keringatnya pun sudah begitu mirip bangkai tikus,kenang narasumber yang menceritakan kisah ini padaku. Hari ke tiga puluh lima, tubuhnya sudah nampak lebih segar, dan ajaibnya; benjolan tumornya sudah rampung riyadhoh empat puluh hari itu, dia kembali periksa ke rumah sakit di mana ia divonis rumah sakit pun heran. Penyakit pemuda itu sudah hilang, bersih, dan menunjukkan kondisi vital yang sangat sehat!Aku pribadi sangat percaya bahwa gelombang yang diciptakan oleh ritual ibadah bisa mewujudkan energi positif bagi energi penyembuhan bagi mereka yang tidak mudah untuk sampai ke frekuensi itu, namun harus sering dilatih. Hal ini diiyakan oleh Pak Paulus."Untuk melatih pikiran biar bisa tenang itu cukup dengan tarik napas lewat hidung dalam-dalam selama lima detik, kemudian tahan selama tiga detik. Lalu hembuskan lewat mulut sampai tuntas. Lakukan tujuh kali setiap sebelum Shubuh dan sebelum sangat efektif. Kalau orang pencak, ditahannya bisa sampai tujuh detik. Tapi kalau untuk kesehatan ya cukup tiga detik saja."Nah, anjuran yang ini sudah kupraktekkan sejak lama. Meskipun dengan tata laksana yang sedikit untuk mengatasi insomnia. Memang ampuh. Yakni metode merasa susah tidur alias insomnia, itu pengaruh pikiran yang masih terganggu berbagai pikiran perlu ditenangkan, yakni dengan pernapasan. Tak perlu 0bat, bivs, atau sejenisnya, murah tarik napas lewat hidung sampai detik ke empat, lalu tahan sampai detik ke tujuh, lalu hembuskan lewat mulut pada detik ke delapan. Ulangi sebanyak empat sampai lima iya mata kita tidak langsung terpejam ngantuk, tapi pikiran menadi rileks dan beberapa menit kemudian tanpa terasa kita sudah terlelap. Awalnya aku juga agak ragu, tapi begitu kucoba, ternyata memang ampuh. Bahkan bagi yang mengalami insomnia sebab rindu akut sekalipun."Gelombang yang dikeluarkan oleh otak itu punya energi sendiri, dan itu bergantung dari seberapa yakin tekad kita dan seberapa kuat konsentrasi kita," terangnya,"Jadi kalau situ sholat dua menit saja dengan khusyuk, itu sinyalnya lebih bagus ketimbang situ sholat sejam tapi pikiran situ kemana-mana, hehehe."Duh, terang saja aku tersindir di kalimat ini."Termasuk dalam hal ini adalah keampuhan sholat malam. Sholat tahajud. Itu ketika kamu baru bangun di akhir malam, gelombang otak itu pada frekuensi Alpha. Jauh lebih kuat daripada gelombang Beta yang teradi pada waktu Isya atau Shubuh. Jadi ya logis saja kalau doa di saat tahajud itu begitu cepat 'naik' dan terkabul. Apa yang diminta, itulah yang diundang. Ketika tekad situ begitu kuat, ditambah lagi gelombang otak yang lagi kuat-kuatnya, maka sangat besar potensi terwujud doa-doa situ."Tak kusangka Pak Paulus bakal menyinggung perihal sholat segala. Aku pun ternganga. Ia menunjukkan sampul buku tentang 'enzim panjang umur'."Tubuh kita ini, Mas, diberi kemampuan oleh Allah untuk meregenerasi sel-sel yang rusak dengan bantuan enzim tertentu, populer disebut dengan enzim panjang umur. Secara berkala sel-sel baru terbentuk, dan yang lama dibuang. Ketika pikiran kita positif untuk sembuh, maka yang dibuang pun sel-sel yang terkena penyakit. Menurut penelitian, enzim ini bisa bekerja dengan baik bagi mereka yang sering merasakan lapar dalam tiga sampai empat hari sekali."Pak Paulus menatapku, seakan mengharapkan agar aku menyimpulkan sendiri."Puasa?""Ya!""Senin-Kamis?""Tepat sekali! Ketika puasa itu regenerasi sel berlangsung dengan optimal. Makanya orang puasa sebulan itu juga harusnya bisa jadi detoksifikasi yang ampuh terhadap berbagai penyakit."Lagi-lagi,aku asing dengan teori ini."Pokoknya situ harus merangsang tubuh agar bisa menyembuhkan diri sendiri. Jangan ketergantungan dengan obat. Suplemen yang nggak perlu-perlu amat,nggak usahlah. Minum yang banyak, sehari dua liter, bisa lebih kalau situ banyak berkeringat, ya tergantung kebutuhan. Tertawalah yang lepas, bergembira, nonton film lucu tiap hari juga bisa merangsang produksi endorphin, hormon kebahagiaan. Itu akan sangat mempercepat kesembuhan. Penyakit apapun itu! Situ punya radang usus kalau cemas dan khawatir terus ya susah sembuhnya. Termasuk asam lambung yang sering kerasa panas di dada itu."Terus kusimak baik-baik anjurannya sambil mengelus perut yang tak lagi terasa begah. Aneh."Tentu saja seperti yang saya sarankan, situ harus teratur makan, biar asam lambung bisa teratur juga. Bangun tidur minum air hangat dua gelas sebelum diasupi yang lain. Ini saya kasih vitamin saja buat situ, sehari minum satu saja. Tapi ingat, yang paling utama adalah kemantapan hati, yakin, bahwa situ nggak apa-apa. Sembuh!"Begitulah. Perkiraanku yang tadinya bakal disangoni berbagai macam jenis obat pun dua puluh rangkai kaplet vitamin biasa, Obivit, suplemen makanan yang tak ada ?;kaitannya dengan asam lambung apalagi satu jam kami ngobrol di ruang praktek itu, tentu saja ini pengalaman yang tak biasa. Seperti konsultasi dokter pribadi saja saat keluar, kulihat masih ada dua pasien lagi yang kelihatannya sudah begitu jengah menunggu."Yang penting pikiran situ dikendalikan, tenang dan berbahagia saja ya," ucap Pak Paulus sambil menyalamiku ketika hendak jujur saja, aku pulang dalam keadaan bugar, sama sekali tak merasa mual, mules, dan kasih Pak Paulus.
Cerpen Karangan Nada LinaKategori Cerpen Persahabatan, Cerpen Remaja, Cerpen Sedih Lolos moderasi pada 26 May 2017 Mentari pagi bersinar cerah hari ini menyilaukan mataku seakan memaksaku untuk bangun dan melakukan aktivitas yang paling kubenci, apalagi kalau bukan sekolah. Aku menarik selimut dengan malas dan segera beranjak dari tempat tidur untuk segera mandi. Aku benci sekolah, mereka bilang ini menyenangkan namun bagiku ini terlihat seperti penjara, juga rumahku ini yang tak terasa seperti rumah bagiku. “Lira, sarapan udah siap” panggil mamaku dari dalam ruang makan dan tanpa menjawabnya aku langsung menuju ruang makan dan ada satu hal tak dapat kuartikan yang membuatku menitikkan air mata. Setelah semuanya telah siap kami bergegas untuk melakukan aktivitas di luar, dan seketika itu “Lira, ibu akan mengantar kak Lira dan ayah akan langsung menuju kantor karena ada meeting mendadak, kau bisa berangkat sendiri kam?” kata katanya lembut namun menyakitkan, dengan perasaan kecewa kupaksakan diriku untuk tetap tersenyum “Tidak apa apa, suatu hari nanti pasti akan ada waktu” tidak apa apa, toh hal ini setiap hari terjadi padaku. Aku meninggalkan mereka lebih dulu dengan perasaan kecewa, biasanya aku dapat berjalan cepat namu entah kenapa hari ini rasanya lambat dan nafasku tersengal mungkin terlalu banyak menahan air mata sehingga rasanya sesak sekali, “Jangan menahan air mata, lebih baik tumpahkan saja, berteriaklah jika kau mau” mungkin benar kata orang orang tak seharusnya aku menahan air mata dan kini rasanya membuat dadaku semakin sesak dan ingin berteriak. Di sekolah pun semuanya sama saja, semua orang memandangiku dengan tatapan membenci, seolah aku ini adalah hama yang harus secepatnya dibasmi. Hal hal seperti ini sudah terjadi kepadaku sejak awal tahun dan sepertinya hal ini telah merekat erat di dalam diriku, aku berusaha untuk tak menghiraukan tatapan mereka dan aku berusaha untuk tidak menangis walau sebenarnya aku ingin, aku selalu berharap semua akan berakhir. Seperti biasanya hari hari yang kujalani tak pernah berubah sedikit pun. Aku lelah, sungguh! Aku berharap waktu segera berputar dengan cepat agar aku dapat melihat hasil akhir, tapi kadang menyakitkan juga jika apa yang kita inginkan tak sesuai dengan apa yang kita dapatkan, sungguh menyakitkan. “Hey Lina! Kau tahu hari ini kau dapat surat dari penggemarmu, hebat bukan!” ucap Devina seraya bertepuk tangan kecil dan berpaling menjauh, aku tak mengerti maksudnya dan tanpa berpikir panjang aku membuka satu persatu surat dari mereka, “Hey Jelek! Apakah kau tidak bosan hidup”, “Hey! Sadar dirilah, kau bahkan tak pantas untuk tersenyum”, “kau pasti telah berharap bahwa kebahagiaan akan selalu ada bukan? Haha.. jangan terlalu banyak bermimpi!” itu semua adalah sebagian dari surat mereka, sungguh menyakitkan namun inilah takdir dan aku telah ditakdirkan seperti ini, namun ada satu hal yang membuatku bertanya tanya hingga tanpa kusadari aku mulai menitikkan air mata dan peranyaan itu adalah “Apa salahku kepada kalian? Apa aku tak pantas bahagia? Aku aku akan seperti ini? Di masa depan nanti, apakah akan sama seperti ini saja, jika tidak aku akan bersyukur dan jika ya mungkin aku tak akan sanggup hidup lebih lama. Bel pulang sekolah berbunyi dan semua siswa bergerombongan menuju pintu gerbang sekola, semua tampak memiliki pasangannya sendiri sendiri “pasti menyenangkan memiliki seorang teman” desahku dalam hati lalu meninggalkan ruang kelas. Aku berjalan dengan tak bersemangat menuju rumah, aku lelah dan segera ingin merebahkan diriku di kasur. Aku membuka pintu dan tak ada orang di sana, namun aku mendengar suara berisik dari balik dapur, keluarga kami tampaknya sedang bercanda sembari membuatkan kue ulang tahun. “Hai” sapaku singkat namun penuh harap, semua orang tampak terkejut melihatku sampai sampai tak ada yang menjawab sapaanku hingga akhirnya ayah angkat bicara “Hey, kau sudah pulang? Sejak kapan?” tanyanya, aku mengernyitkan dahi dan memiringkan kepalaku, apa maksudnya? Jadi selama ini mereka tak tahu mengenai jadwal jadwal sekolahku? Sepeti jam berapa biasanya aku pulang, jelas sekali bukan? “ya, sudah sekian lama aku berdiri di sini. Oh ya, ngomong ngomong apa yang kalian lakukan? Aku bertanya kembali kepadanya, namun kini yang menjawab adalah ibu “Kami sedang membuatkan kue ulang tahun untuk kak Lina” jawabnya singkat, aku melihatnya dengan penuh saksama dan sepertinya dia sedang bersungguh sungguh agar masakannya tetap dalam kualitas yang bagus, “uhm, ibu apa kau ingat hari ulang tahunku?” aku mendelik malu, pertanyaan konyol yang memalukan, bagaimana bisa orangtua melupakan ulang tahun anaknya “maaf, pertanyaanku bodoh, aku lelah dan ingin istirahat” aku meninggalkan mereka. Aku merebahkan tubuhku di kasur dan sesekali aku mendesah ringan. Kecewa, sedih, marah semua tercampur menjadi satu tak karuan. “semoga esok menjadi hari yang lebih baik” doaku sebelum tidur, harapan besar yang kunantikan. Pagi hari ini aku tak ingin terlambat karena aku percaya akan ada hari baik, jadi sekeras apapun aku akan menerimanya. Aku memasuki ruang kelasku dan tak lama kemudian seorang guru datang dengan seorang perempuan, “selamat pagi” sapanya dengan penuh ramah “selamat pagi” semua siswa serentak menjwab dam tak beberapa lama kemudian beliau mempersilahkan gadis itu memperkenalkan diri, aku dapat melihat pipinya yang merah merona seakan akan ini pertama kalinya dia pindah sekolah dan menatap wajah baru. “hai, namaku Ella, aku harap kita bisa jadi teman” aku mendengar ucapannya yang berat, benar benar indah. Ella duduk di sampingku karena kursi itulah yang tersisa untuk dia, dengan waktu singkat aku mulai akrab dengannya terkadang dia merengek seperti anak kecil namun terkadang dia cerewet seperti orang dewasa, namun inilah yang kusuka darinya. “Lina, hari ini aku senang sekali” dia menundukkan wajahnya membuatku tak dapat melihat ekspresi wajahnya “apa? Kenapa” tanyaku keheranan dan dengan perlahan ia mengangkat kepalanya dan aku mengerti, dia tampak seperti baru menitihkan air mata, “hey, ada apa” aku takut jika aku membuatnya menangis namun kemudian ia mendongak dan berkata “terima kasih” sembari tersenyum lebar. Aku tak dapat mengartikan ucapannya dan ekspresi wajahnya itu, apa maksudnya? Tapi hari ini aku tak ingin memkirkan hal itu, aku bersyukur karena ada sedikit kebahagiaan yang datang dan sebagai rasa syukurku aku berjanji akan menjaganya dan tidak menyakiti perasaannya karena dia begitu berarti bagiku, “Hey, aku memanggilmu dari tadi tapi kau tak dengar, kenapa? Terlalu sibuk melamun? Apa sih yang kau lamunkan?” Kata kata itu, tak salah lagi dia adalah Ella, aku menoleh dan ternyata benar aku segera mengusap air mataku dengan punggung tanganku, dia melihatku dengan tatapan aneh dan kemudian tersenyum lebar sembari mengulurkan tangannya, “terima kasih” lirihku, terlalu lirih sehingga tak terdengar. Di ruang perpustakaan kami tak berbicara satu sama lain hingga akhirnya Ella yang memulai pembicaraan “hey terlihat sedang tidak baik baik saja, ada apa” tanyanya lirih namun tetap terdengar, aku hancur namun aku tak ingin terlihat seperti itu di depannya jadi kupaksakan diriku untuk tetap tersenyum, “tidak, aku baik baik saja” aku berusaha menyembunyikan perasaanku yang sesungguhnya namun tak berhasil, dia tetap dapat membaca perasaanku dengan jelas seolah sudah sangat lama mengenalku, “kau berbohong, aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu, katakan saja aku akan mendengarkan semuanya” kata katanya itu benar benar menyentuh membuatku tak tahu harus menjawab apa hingga akhirnya kata yang keluar dari mulutku adalah “terima kasih”. Seseorang tiba tiba saja melempariku secarik kertas, entah apa maksudnya mungkin dia ingin memberi tahu sesuatu jadi aku langsung membukanya dan isi suratnya benar benar menyakitkan tak dapat kuterima, aku mulai menitikkan air mati menangis tersedu sedu hingga Ella datang menenangkanku. Aku berlari menuju cermin, “apakah aku sejelek itu” lirihku, namun tiba tiba seseorang menjawabku dengan suara lembutnya “tidak, kau adalah gadis baik”. Itulah yang diucapkannya. Aku menoleh ke belakang memastikan siapa yang mengatakan itu dan ternyata Ella, aku mulai menangis dan dia memelukku erat. “Ayo” Ella tersenyum sambil mengulurkan tangannya, aku membalas senyumnya dan menjabat uluran tangannya. Saat berada di perpustakaan tiba tiba Devina dengan teman temannya mendatangi kami, aku tidak tau apa yang diinginkannya karena dia tiba tiba saja menarik tangan Ella dan mengatakan sesuatu, aku tidak bisa mendengarnya tapi aku sedikit khawatir. Semenjak saat itu Ella semakin menjauhiku, entah apa masalahnya tapi aku yakin bahwa dia tidak sebenarnya menjauhiku, hanya saja ia dipaksa. Meskipun begitu aku tetap saja merasa aneh dengan dirinya, tidak seperti biasanya yang selalu cerewet, Ella menjadi sedikit aneh dan aku jadi sedikit khawatir. Hari ini aku mencoba mendekatinya, namun dia menjauhiku “maafkan aku” ucapnya, aku tak mengerti jadi aku ingin bertanya padanya “ada apa?”, dia tidak menjawab sebentar dan kemudian menghela nafas “tidak apa apa” kemudian pergi meninggalkanku. Aku tidak mengerti apa maksud dari kata katanya, tapi aku yakin ia tidak baik baik saja, “Ella aku sungguh merindukan persahabatan kita” lirihku. Pagi hari ini kepalaku terasa berat dan dadaku terasa sesak dan sepertinya hanya sedikit oksigen yang masuk ke dalam paru paruku, mungkin karena terlalu berfikir. “Lina, kau tidak apa apa?” tanya ibuku, sepertinya ia khawatir dan ini pertama kalinya aku dikhawatirkan, “aku baik baik saja” ucapku, namun dia tetap saja merasa khawatir, apa sakitku separah itu sampai sampai ibuku yang selalu tak memperhatikanku kini menjadi sangat khawatir padaku, “aku tidak apa apa bu” aku mencoba meyakinkan ibuku dan diriku sendiri. Di saat pelajaran olahraga aku terpaksa harus ikut padahal badanku sedang tidak sehat, hari ini akan ada semacam tes dan aku berharap semoga aku dapat menjalani tes ini dengan baik walaupun kondisiku sedang tidak memungkinkan. Sebelum olahraga dimulai kami akan melakukan pemanasan dengan berlari mengitari lapangan sebanyak lima kali, biasanya aku dapat mengatur nafasku agar tidak terengah engah saat berlari namun kali ini aku tidak dapat melakukannya, berlari dua kali saja rasanya sudah hampir kehabisan nafas dan dadaku semakin sesak, aku tidak ingin semua orang mengetahuinya jadi aku hanya menahannya hingga tes berakhir. Saat pelajaran Matematika aku tak bisa berhenti merintih, ini benar benar menyakitkan. Aku berusaha agar rintihanku tidak terdengar dan aku akan menahannya hingga jam pelajaran berakhir, Ella semenjak tadi selalu melirik ke arahku dan wajahnya menggambarkan kekhawatiran. Bel berbunyi empat kali pertanda akan pulang, saat hampir berdiri tiba tiba saja kakiku sulit digerakkan dan ini membuatku semakin takut, Ella menuju ke arahku “kau baik baik saja?” ucapnya sambil menepuk bahuku, aku tidak bisa melihat wajahnya karena aku sedang menunduk, namun aku dapat mendengar suaranya yang penuh kekhawatiran. Aku menangis ketakutan, “Ella, kakiku tidak dapat bergerak dan dadaku semakin sakit. Apa ada yang salah denganku? Dengan kesehatanku? Apakah ini parah? Separah apa?” aku terus menerus melontarkan pertanyaan pertanyaan padanya dan tangisanku semakin menjadi jadi, dia mencoba menenangkanku dan disaat itu aku terjatuh di pelukannya. Saat terbangun tiba tiba saja aku berada di sebuah Rumah Sakit, “apa separah itu?” batinku. Tiba tiba saja orangtuaku datang dan memelukku erat, ini pertama kalinya mereka memelukku jadi aku senang saat mendapat pelukann mereka yang begitu hangat, saat sedang berbicara tentang apa yang terjadi padaku tiba tiba saja dokter datang memanggil orang tuaku “semoga bukan berita yang buruk” doaku, kemudian ibu dan ayahku pun mengikuti dokter itu. Tak beberaa lama kemudian mereka kembali dan berkata bahwa aku diperbolehkan untuk pulang, “Lira kau diperbolehkan pulang namun akan lebih baik jika kau tidak berolahraga dan jangan biarkan dirimu terlalu kecapekan” pesan dokter padaku, aku hanya tersenyum dan menangguk mengerti. Kemudian kami bersiap siap meninggalkan Rumah Sakit, syukurlah bukan masalah serius dan semoga saja memang benar. Di rumah ayah ibuku menjadi sering memperhatikanku dan ini membuatku benar benar senang namun juga sedikit khawatir, aku khawatir terhadap kak Lina. Di saat makan malam kak Lina tidak ikut bersama kami, aku menjadi sedikit khawatir jadi aku ingin menemuinya sekaligus meminta maaf padanya, namun ibuku melarangku dan aku tidak ingin membantah, meskipun niatku baik namun ibuku melarangku aku tidak akan melakukannya. Hari demi hari keadaanku semakin memburuk dan disaat itulah orangtuaku baru saja memberitahuku tentang penyakit yang kuderita, “Lira, maafkan ibu karena telah merahasiakan ini darimu” ucap ibuku semari menahan tangis, aku tidak mengerti apa maksudnya “dokter mengatakan kau sebenarnya tidak baik baik saja, sakit yang kau derita selama ini bukan sakit biasa” perkataan ayahku itu semakin membuatku tidak mengerti dan aku sedikit ketakutan, ibuku menghela nafas dan berkata “kau menderita kanker paru paru dan karena sudah lumayan parah sampai sampai menyerang otak”, aku terkejut dan kecewa dengan mereka semua yang merahasiakannya dariku, disaat keadaanku sudah seperti ini semuanya baru mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, benar benar menyakitkan. Di malam hari aku tidak dapat berhenti menangis, bukan karena kecewa melainkan karena aku sedang menahan sakit, kepalaku benar benar berat dan lagi lagi oksigen yang kuhirup rasanya seperti hanya sedikit. Aku tidak dapat tidur dengan nyaman dan ibuku menjadi sangat mengkhawatirkanku. Pagi hari ini aku tidak langsung menuju sekolah, melainkan menuju rumah sakit. Dokter berkata keadanku memang sudah semakin parah sehingga dokter terpaksa memasang alat pembantu nafas untuk berjaga jaga jika aku paru paruku tidak dapat menerima oksigen. Aku benci ini, namun aku terpaksa menggunakannya untuk hidup, terkadang aku berfikir bahwa hidup tak adil namun inilah kenyataan. Keesokan hari lebih parah dari hari sebelumnya, mereka menertawakanku atas apa yang ada di wajahku. Aku membenci benda ini, rasanya benda ini membuatku terlihat lemah dan semua temanku menjadi semakin membenciku. “Lira ada apa denganmu?” Ella bertanya padaku dengan wajahnya yang khas, “aku tidak apa apa” jawabku semari dengan senyum khasku, ia memiringkan kepalanya seperti tak percaya “bagaimana kau bisa bilang kau baik baik saja? Sudah jelas Devina dan teman temannya telah menertawaimu dan benda yang ada di wajahmu itu pasti bahan tawaan mereka bukan?” ucapnya panjang lebar dan disaat aku angkat bicara ia memutusnya “pasti kau sedang menderita, namun aku tidak peduli karena kita akan selalu bersama dan jangan sungkan untuk mencurahkan semua isi hatimu” ia tersenyum dan pergi meninggalkanku yang masih mematung. Hari demi hari keadaanku semakin memburuk dan aku terpaksa harus dirawat di rumah sakit, hari hari yang kujalani hanyalah berbaring dan minum obat terkadang juga suster menyuntikkan sesuatu ke tubuhku, sungguh membosankan namun harun tetap dijalani, aku hanya ingin sembuh dan aku belum siap meninggalkan mereka semua. Aku berusaha untuk bertahan dan semoga aku dapat melewati semua ini, sudah seminggu aku berbaring di atas kasur dan keadaanku tidak semakin membaik melainkan semakin memburuk, namun meskipun begitu aku tetap berusaha dan mengharapkan keajaiban datang. Teman temanku datang menjengukku, bahkan Devina juga ada datang menjengukku, aku sungguh bahagia disaat saat terakhir dalam hidupku mereka mau menjengukku, “Lira, kami harap kau cepat sembuh, dan kemudian kita bermain bersama, maafkan kami atas yang telah kami lakukan selama ini, kami harap kau mau memaafkan kami dan menganggap kami teman dan kami sudah menganggapmu teman kami” ucap devina panjang lebar, semua orang menangis. Disaat yang seperti ini aku merasa bahagia karena mereka telah menganggapku teman, namun sepertinya aku tidak dapat bertahan lebih lama lagi, aku pergi meninggalkan mereka dan tidak akan kembali lagi untuk selamanya. Untuk Ella Saat kita pertama kali bertemu dan kau mau menjadi sahabatku aku sangat berterimakasih terhadap Tuhan atas apa yang diberikannya padaku, yaitu seorang sahabat yang sungguh baik. Aku merasa takut bahwa aku akan kehilanganmu disaat kau tiba tiba saja menjauhiku. Kau tahu? Aku sangat bahagia saat kau begitu mengkhawatirkanku, wajahmu benar benar lucu hingga rasa sakitnya hilang dan berubah menjadi tawa. Aku menulis surat ini karena aku tahu aku tidak akan bertahan lama lagi, ku harap kau masih tetap menganggapku teman, meskipun aku telah tiada. Maaf karena aku tidak dapat membalas semua yang telah kau berikan padaku dan terimakasih atas segalanya, terimakasih karena telah menganggapku sebagai temanmu, sekali lagi terimakasih. Cerpen Karangan Nada Lina Facebook nadalina ini pengalaman pertama saya, mohon bantuannya Cerpen Kesedihan, Rasa Sakit, Persahabatan merupakan cerita pendek karangan Nada Lina, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Karena Kita Adalah Sahabat Oleh Sellanisa Salsabilla Namaku Ragatha abraham. Remaja perempuan kelas 3 SMP di salah satu sekolah negeri yang ada di Jakarta. Kata teman-temanku aku mempunyai sifat seperti laki-laki, pemberani, jahil, namun emosian. Aku Malaikat Kecil Tak Bersayap Oleh Fuji Paujia Pahmawati Jia adalah seorang anak perempuan yang cantik dan baik hati. Ia merupaakan buah hati dari keluarga Wijaya dan Maria. Jia lahir di Puncak Situ yang sampai sekarang menjadi tempat Menunggu Waktu Yang Tak Kian Pasti Oleh Ika Trisnan Desederia Namaku ranty. Aku mempunyai banyak sahabat yaitu novi, ida, yumi, devi, nabilah, yahla dan dina. Disini aku tidak akan bercerita tentang persahabatanku, melainkan tentang rasa suka ku kepada ali. Hujan di Medan Senja Oleh Dwimas Anggoro Hujan di Medan Senja, Satu persatu air dari awan kelabu yang menggantung di atas langit mulai menjatuhkan diri, terhempas kedalam peluk bumi. Membuat jalanan becek, genangan air beriak-riak teriak. Sepatu Berdebu Oleh Muhammad Irsyad Aku perlahan berdiri, menyingkir sejenak dari kursi dan meja yang dingin, kemudian beranjak pergi menuju jendela di sudut kantor, tempat di mana aku berada. Terlihat dalam bayang-bayang kaca, wajahku “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"
Di sini saya akan menguraikan beberapa judul novel Wattpad bercerita tentang tokoh utama yang sedang berjuang melawan penyakit yang mereka tokoh utama akan berada di situasi yang tidak menyenangkan antara hidup dan mati. Pada fase ini, pembaca akan merasakan kesedihan yang dialami. Bahkan tidak jarang kita akan menangis karena empati pada tokoh utama bagaimana tokoh utama menyelesaikan masalahnya adalah momen yang sangat ditunggu-tunggu. Karena akan memberikan motivasi pada pembaca untuk terus melangkah ke depan. Meskipun keadaan yang terjadi juga tidak cerita Wattpad sedih tentang penyakit yang pertama adalah Akhir Sebuah Kisah. Novel ini sering menjadi rekomendasi bacaan karena isi ceritanya yang menyentuh tentang seorang gadis yang memiliki penyakit kanker otak. Dia harus bertahan dengan penyakit yang ada di selain derita penyakit yang dimiliki? Gadis dalam novel ini juga memiliki masalah lain. Dia menjadi orang yang sering dirisak oleh teman-teman satu ceritanya akan mengharukan karena tokoh utama berada dalam posisi yang menyedihkan. Tapi daripada spoiler, kamu bisa membacanya langsung di aplikasi Wattpad. Cancer by AlfaCerita Wattpad Cancer juga mengisahkan tentang penyakit kanker yang dialami tokoh utama. Penyakit yang sama seperti rekomendasi cerita Wattpad sebelumnya. Hanya saja penulisnya berbeda, begitu pula jalan Akhir Sebuah Kisah memiliki tokoh utama perempuan. Cancer menggunakan tokoh utama laki-laki. Aldy Samudra Gabriel. Salah seorang yang sangat populer di sekolah, Aldy berusaha menyembunyikan penyakit yang diderita. Dia tidak ingin orang lain mengetahuinya. Termasuk menyembunyikan penyakit yang dimiliki dari kekasihnya novel ini akan membuat kita sadar apabila perjuangan seseorang dalam mencintai bisa saja lebih sulit daripada yang bisa kita lihat. Cinta seperti itulah cinta yang by VivieyoooRekomendasi cerita Wattpad sedih tentang penyakit yang mengharukan berikutnya adalah Safarez. Ditulis oleh Vivieyooo dan dibaca hampir tiga juta kali di platform ini. Tentunya ini adalah jumlah yang cukup banyak dan sudah menjadi novel tentang kehidupan perempuan bernama Xavera yang mengharukan. Karena memiliki suatu penyakit, gadis itu hidup dengan pengobatan yang harus dia jalani setiap hari. Bahkan kesempatan hidup yang dimiliki sangat hari Xavera bertemu dengan Safarez, seorang lelaki yang membuatnya memiliki harapan hidup. Karena Safarez membuat Xavera merasa dirinya layak untuk mencintai dan dicintai orang lain meskipun memiliki penyakit cukup akan menunjukkan bagaimana cinta yang dimiliki seseorang ternyata bisa merubah segalanya. Dengan cinta, orang menjadi lebih kuat. Dengan cinta, orang bisa memiliki pikiran yang lebih ketika seseorang dihadapkan pada kondisi yang serba sulit. Karena cinta adalah harapan dan bisa menjadi jalan untuk bangkit dari keterpurukan. Floris by PilupieRekomendasi berikutnya adalah Floris. Perpaduan antara kisah sedih karena suatu penyakit dan juga perjuangan untuk mendapatkan seorang utama novel ini adalah Floris Farensa Indira. Seorang gadis dengan penyakit kanker darah di tubuhnya. Penyakit yang dia miliki baru diketahui saat Floris menginjak pendidikan penyakit di tubuhnya sempat membuat semua orang kaget. Padahal sebelum-sebelumnya kehidupan Floris dengan keluarganya cukup itu, cerita juga menunjukkan bagaimana Floris mengejar cinta seorang lelaki bernama Devan Arsan Pradipta. Gadis itu berani jujur dengan perasaannya. Dia juga berani mengungkapkannya langsung pada saja sikapnya yang blak-blakan membuat sang lelaki risih. Meski wajah Floris terbilang cantik, dis harus berusaha lebih keras agar cintanya Don’t Leave Me by AnnisaaldaRekomendasi cerita Wattpad terakhir ini bisa dibilang sangat mengharukan. Banyak adegan sedih dan pelajaran hidup yang bisa kita ambil dengan adalah perempuan yang memiliki penyakit kanker otak. Meskipun sakit yang diderita cukup parah, dia selalu memiliki pikiran positif dan juga perilaku yang baik terhadap moral yang disampaikan penulis sangatlah kuat. Novel ini akan mengajak kita untuk terus berjuang apapun kondisi yang kita miliki. Karena keinginan yang baik harus tetap Novel tadi adalah rekomendasi cerita Wattpad sedih tentang penyakit. Membacanya akan membuat kita lebih bersyukur dengan kesehatan yang kita ceritanya mengharukan dan bahkan bisa membuat kita menangis. Namun, akan memiliki efek positif dan membuat kita semakin mawas diri. Terutama membuat kita untuk memanfaatkan apa yang sudah kita miliki dengan baik. Karena orang lain belum tentu memilikinya.
cerpen sedih tentang penyakit